PAHAM MOHAMMAD NATSIR.

Paham Mohamad Natsir tentang ‘ideologi negara’… dari khazanah pemikiran Mohamad Natsir … manuscript tulisan Buya Masoed Abidin

TENTANG IDEOLOGI NEGARA

Mohammad Natsir menjelaskan pemahamannya tentang kaedah agama Islam, dalam hubungannya dengan fatsoen politik dan pemerintahan di Indonesia, antara lain bahwa ;

“ISLAM bukan semata-mata religi, yaitu agama dalam pengertian rohani saja. Islam mengatur hubungan antar manusia dan Allah, dan antara sesama manusia. Lanjutkan membaca

SEKELUMIT KISAH SUNAN KAJENAR atau SYEH SITI JENAR

Oleh : Damar Shashangka

Konon, Seorang ulama Islam, bernama Syeh Abdul Jalil, datang ke Jawa dan bermukim di Bukit Amparan Jati ( Daerah Cirebon sekarang ). Disana, beliau bertemu dengan Syeh Dzatul Kahfi, seorang ulama sepuh yang sudah lama menetap di Bukit Amparan Jati. Ulama sepuh inilah guru dari Pangeran Walang Sungsang dan Dewi Rara Santang, putra-putri dari Prabhu Silih Wangi, Raja Pajajaran. Lanjutkan membaca

Jejak Perjuangan Kartosoewirjo

Edisi Khusus Kemerdekaan

Majalah Tempo Edisi 16 Agustus 2010 menghadirkan edisi khusus hari kemerdekaan dengan headline “Kartosoewirjo Mimpi Negara Islam”. Banyak informasi yang Tempo tampilkan dalam menapaki jejak langkah perjuangan SM Kartosoewirjo sebagai “kado ulang tahun RI ke 65″. Di bawah ini tulisan-tulisan yang di posting ulang dari “tempo online” semoga bermanfaat bagi kita semua. Lanjutkan membaca

Perlawanan Gerakan Islam Terhadap Penjajahan Belanda

B.C. de Jonge, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1931-1936), mengatakan: “Wij zijn hier al drie honderd jaren en wij zal nog meer dan drie honderd jaren hier blijven,” artinya “Kita sudah berada di sini tiga ratus tahun dan kita akan masih tiga ratus tahun lagi berada di sini.” Jelaslah bahwa penjajahan Belanda sudah berlangsung tiga abad lamanya adalah pernyataan politis. Dalam buku Indonesia’s History Between the Myths, Essays in Legal History Between the Myths, 1968, sarjana hukum Prof. Dr. G. J. Resink, dengan bukti-bukti hukum dan lain-lainnya yang mengesankan, delapan kajian tentang kekeliruan bahwa “salah satu mitos utama Sejarah Indonesia adalah mitos yang menyatakan selama tiga ratus lima puluh tahun kepulauan Nusantara dikuasai oleh Belanda.” Secara akurat beliau menentang mitos itu dengan memberikan gambaran kepulauan Nusantara terdiri atas beberapa negara merdeka atau setengah merdeka bahkan sampai dasawarsa pertama abad keduapuluh. Lanjutkan membaca

TRANSFORMASI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM KLASIK

TEORI KEKHILAFAHAN DARI GHAZALI

KE IBNU TAIMIYYAH

A. Pengantar

            Al-Ghazali  dan Ibnu Taimiyyah merupakan mujaddid  besar pada  jamannya.  Sejarah  telah  mencatat  disamping   sebagai pemikir  besar keduanya, juga melaksanakan jihad  tidak  hanya fikir,  tetapi  juga  melaksanakan  jihad  fisik  dengan  ikut melawan  serangan  dari kalangan kafirin yang  pada  saat  itu mengancam keberadaan masyarakat Islam.

            Al-Ghazali  pada zamanya dikenal dengan Hujjatul  Islam, yang  memberikan  pembelaan dengan dalil  yang  kuat  terhadap serangan-serangan pemikiran untuk merendahkan Islam. Kemampuan yang  cemerlang untuk menguraikan dan menyusun dalil  (hujjah) yang sangat tajam dan jitu menjadikan Ghazali menjadi  ilmuwan yang terkemuka.[1]

            Demikian  pula  Ibnu  Taimiyyah,  meskipun  hari-harinya banyak dihabiskan di penjara seperti kata-katanya: “Kalau  aku dipenjara aku bisa menyepi bersama Alloh, kalau aku diasingkan maka aku berhasil mengadakan perjalanan, dan kalau aku dibunuh aku berhasil mencapai syahadah”.[2] Lanjutkan membaca

Benang Kusut Gerakan Dakwah di Indonesia

Dakwah dalam termonologi sejarah Islam adalah gerakan yang tertua, sejak Adam a.s diciptakan dan menerima amanah Ilahi menjadi Khalifah fil Ardhi, starting point gerakan dakwah mulai digerakan dan ditujukan kepada bani Adam. Misi pengembanan dakwah merupakan misi utama para nabi dan rosul. Nabi Muhammad SAW Rosul terakhir pilihan Allah telah berhasil menyempurnakan misi dakwah para Rosul sebelumnya, Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin menerobos dimensi kehidupan manusia secara individu maupun sosial untuk hanya menerima Allah Al-Kholiq yang diibadahi dengan menjadikan al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh sebagai pedoman hidup manusia. Islam telah menembus batas-batas wilayah, budaya, adat istiadat untuk hanya menerima Syari’at Islam yang menyelamatkan hidup dan kehidupan dhohir bathin di dunia dan akherat. Lanjutkan membaca

Konsep Pendidikan M. Natsir Yang Visioner

“Madju atau mundurnja salah satu kaum bergantung sebagian besar kepada peladjaran dan pendidikan jang berlaku dalam kalangan mereka itu. Tak ada satu bangsa jang terbelakang menjadi madju, melainkan sesudahnja mengadakan dan memperbaiki didikan anak-anak dan pemuda-pemuda mereka.” Ini adalah salah satu bunyi pidato Mohammad Natsir dalam bidang pendidikan yang beliau sampaikan pada rapat Persatuan Islam di Bogor, 17 Juni 1934[1].

Nama Mohammad Natsir begitu penting dalam wacana pemikiran Islam di Indonesia. Beliau dikenal sebagai pahlawan nasional yang kiprahnya dalam memajukan bangsa ini, khususnya umat Islam, di waktu lampu telah diakui oleh berbagai kalangan. Bahkan, pengaruh dari usaha beliau masih dirasakan hingga sekarang. Lanjutkan membaca

Kesederhanaan Seorang Mohammad Natsir

Indonesianis George McTurman Kahin pada tahun 1948 tengah berada di Yogyakarta, Ibukota Republik yang masih muda. Satu hari dia diundang datang dalam suatu acara yang dihadiri para pejabat negara. Setibanya di tempat acara, Kahin menyalami satu demi satu para pejabat yang ada. Tibalah Kahin pada seorang lelaki berusia 40 tahun yang berwajah teduh dan berkacamata bulat, dia memakai baju dan pantalon dari bahan yang amat murah dengan potongan yang amat sederhana. Ketika diperkenalkan bahwa lelaki tersebut adalah seorang Menteri Penerangan RI, Kahin terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka, lelaki yang kelak dikenalnya dengan nama Mohammad Natsir itu ternyata sangatlah bersahaya, tidak ada beda dengan rakyat kebanyakan. Apalagi dirinya mendengar jika baju itu merupakan satu-satunya baju yang dianggap pantas untuk acara-acara resmi. Lanjutkan membaca

Mengenal Tokoh Diplomasi RI Mr. Mohammad Roem

Mohammad Roem menjabat Menteri Luar NegeriIndonesiadalam kabinet Natsir. Ia tidak pernah menyimpan dendam kepada Soekarno yang telah memenjarakannya di Madiun. Ia memang menyebut Soekarno oligarkis dan feodal.

Hal itu terungkap dalam pembukaan Annual Lecture bertajuk ”Mengenang Tokoh Diplomasi Mohammad Roem”, Selasa (16/6) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,Jakarta.

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan, dalam pertemuannya dengan Mohammad Roem, Hassan sempat menanyakan apakah Roem sakit hati saat dipenjarakan Soekarno. Jawaban Roem kala itu, dalam politik, menang atau kalah merupakan hal biasa. Perbedaan tajam tidak pernah menghalangi hubungan baik antarpribadi. Lanjutkan membaca

Mr. Sjafroedin Prawiranegara Sang Presiden Yang Terlupakan : Sebuah Fakta Sejarah Yang Perlu diluruskan

Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 berhasil menguasi Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, dan menawan Presiden (Soekarno) dan Wakil Presiden yang merangkap Perdana Menteri (Mohammad Hatta).
Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafroeddin yang saat itu menjabat menteri kemakmuran dari MASYUMI mengusulkan dibentuknya pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI. Padahal, saat itu Soekarno – Hatta mengirimkan telegram berbunyi, “Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra”. Lanjutkan membaca